Para salafush shalih ketika ditinggalkan oleh bulan Ramadan, merasa sedih karena khawatir jika amal ibadah selama bulan Ramadan tidak diterima Allah SWT. Mereka berkata: “Betul hari raya itu hari bergembira akan tetapi aku hanyalah seorang hamba yang diperintahkan oleh Tuhanku (Allah SWT) untuk beribadah dan aku tidak mengetahui apakah amalku diterima atau tidak?”
Umar bin Abdul Aziz berkata: “Wahai sekalian manusia, kalian telah puasa selama 30 hari, qiyam (tarawih) selama 30 hari, maka pada hari ini kalian keluar dari Ramadan memintalah kepada Allah agar Allah menerima semua amal ibadah kalian”
Sayyidina Ali berkata : “Jadilah kalian berharap agar amal diterima Allah lebih perhatian dibandingkan dengan aktivitas amal itu sendiri, bukankah Allah berfirman :…Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.” (Al-Maidah : 27)
Beliau juga berkata : “Alangkah indahnya bagi siapa saja yang diterima amal ibadahnya dan kami akan mengucapkan selamat kepadanya, dan bagi yang ditolak kami merasa berduka cita untuknya.”
Dan begitulah keadaan para salafush shalih ketika ditinggalkan bulan Ramadan, satu sisi khawatir tidak diterima (khauf) amalnya sisi lain juga berharap amal diterima Allah SWT (raja’). Sehingga dengan khauf dan raja’ membuat para salafush shalih semakin meningkatkan semangat atau lebih khusyuk dalam beribadah kepada Allah SWT.
Ada 3 cara agar dapat tetap menjaga semangat dan khusyuk dalam Ibadah setelah Ramadan :
- Gemar atau rutin melakukan amal shalih walaupun sedikit
Salah satu tanda amal di bulan Ramadan diterima Allah SWT adalah dimudahkan melakukan amal shalih pasca Ramadan. Rasulullah SAW bersabda : “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia (Alllah) akan memakainya, ditanya oleh para sahabat : Bagaimana Allah memakainya wahai Rasulullah SAW? Beliau SAW menjawab: memberikannya Taufiq (kemudahan) untuk melakukan amal shalih sebelum ia wafat.” (HR. Tirmidzi)
Imam Hasan Al-Bashri berkata : “Sesungguhnya diantara balasan kebaikan adalah aktivitas kebaikan selanjutnya dan diantara balasan keburukan adalah aktivitas keburukan selanjutnya, maka apabila Allah menerima amal seorang hamba, ia akan dimudahkan untuk melakukan ketaatan dan dijauhi dari perbuatan maksiat.”
Rasulullah ketika ditanya oleh seorang sahabat: “amal apa yang paling dicintai Allah? Beliau saw menjawab : amal yang rutin walaupun sedikit” HR. Bukhari dan Muslim. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menganjurkan berpuasa 6 hari di bulan Syawal, selain berpahala sama dengan ibadah satu tahun penuh, juga menjadi salah satu hikmah dalam mempertahankan semangat ibadah: “Siapa saja yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Ibnu Rajab mengatakan: “Melakukan puasa setelah puasa Ramadan, merupakan salah satu tanda diterimanya amalan puasa Ramadan. Karena Allah jika menerima amalan seorang hamba, Allah akan memberi taufik untuk melakukan amalan shalih setelah itu…”
- Mencintai ketaatan dan orang yang berbuat taat
Allah SWT berfirman: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.” QS. An-Nisa : 69-70.
Rasulullah SAW bersabda: “Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.At Tirmidzi)
Dalam riwayat lain Beliau SAW bersabda: “Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan).
Ibun Athoilah As-sakndari mengatakan: “Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu dihadapan Allah, maka lihatlah dimana ia menempatkanmu”
- Berdoa kepada Allah SWT.
Doa menjadi kunci sukses dalam mempertahankan semangat dan khusyuk ibadah pasca Ramadan karena hati manusia kadangkala condong berbuat taat, kadangpula condong berbuat maksiat kepada Allah.
Dalam sebuah riwayat Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah SAW sering berdoa “Ya Allah yang Maha membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam ketaatan kepada-Mu.” Maka aku bertanya “Wahai Nabi Allah, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang kamu bawa. Apakah engkau mengkhawatirkan kami?” Beliau SAW menjawab: “Ya, sesungguhnya hati manusia itu berada di antara dua jari dari jari-jari Allah Yang Maha Rahman. Allah swt akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Rasulullah SAW bersabda: Diantara doa nabi Daud adalah: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan aku memohon kepada-Mu perbuatan yang dapat mengantarkan aku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih aku cintai daripada diriku, keluargaku, dan air yang dingin (di padang yang tandus).” (HR. Tirmidzi)
Wallahua’lam bishowab.
***
Oleh : Ustadz M. Suharsono, Lc., M.E., Sy
(Ketua Biro Kepatuhan Syariah IZI)