Ketika bersama bulan Dzulhijah. Bersamanya, musim kebaikan yang terus berulang dan berganti menghampiri kita. Bulan yang diberkahi ini dihiasi dengan salah satu kewajiban paling agung dalam agama, yaitu ibadah haji dengan seluruh manasik, momen keimanan dan pengabdian, serta makna pengorbanan, totalitas, perjuangan dan kesungguhan. Kehidupan muslim itu istemewa, karena dihiasi oleh amal-amal saleh dan ibadah yang disyariatkan. Dengan begitu, seorang muslim selalu dalam ibadah, ketaatan, amal shalih, dan kesungguhan upaya mendekat kepada Allah Azza wa Jalla, tanpa lelah, bosan, malas, atau terputus. Artinya, seharusnya seluruh hidup muslim merupakan bentuk ibadah, ketaatan, dan amal saleh yang mendekatkannya kepada Allah Ta’ala.
Sekarang, kita menyambut hembusan rahmat dari Allah pada hari-hari dalam perjalanan masa, yaitu hari-hari sepuluh Dzulhijjah.
Sebelum memasuki poin-poin amalan-amalan bulan mulia ini, mari kita mengingat bersama sabda Nabi kita tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
اِفْعَلُوْا الْخَيْرَ دَهْرَكُمْ، وَتَعَرَّضُوْا لِنَفَحَاتِ رَحْمَةِ اللهِ، فَإنَّ للهِ نَفَحَاتٍ مِنْ رَحْمَتِهِ يُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَسَلُوا اللهَ أَنْ يَسْتُرَ عَوْرَاتِكُمْ وَأَنْ يُؤْمِنَ رَوْعَاتِكُمْ
“Berbuat baiklah di sepanjang masa kalian. Bersiap dan sambutlah hembusan rahmat kasih sayang Allah ‘azza wajalla. Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla memiliki hembusan-hembusan pada rahmat dan kasih-Nya, yang akan diraih oleh para hamba yang dikehendaki-Nya. Dan memohonlah kepada Allah ‘azza wajalla agar menutup aurat (keburukan) kalian dan menentramkan kalian dari rasa takut dan kecemasan”. (Hasan, HR. Ath-Thabrani dalam “Al-Kabir” no: 720 dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini dinilai “Hasan” oleh Syaikh Al-Albani dengan beberapa sanad lain yang mendukung dan menguatkannya)
Menyambut hembusan rahmat Allah itu dilakukan dengan memperbanyak dzikir dan permohonan pada waktu-waktu yang utama tersebut. Karena ia termasuk waktu-waktu terkabulnya doa. Juga merupakan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan berbagai bentuk ibadah yang dapat mendatangkan pahala dan kedekatan dengan Allah swt. Keutamaan Sepuluh Pertama Dzulhijjah Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan yang lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.“
Para shahabat ra. telah meyakini bahwa jihad merupakan puncak Islam dan amal teragung. Oleh karena itu, mereka bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai amal shalih pada hari-hari ini, apakah dapat mengungguli pahala dan derajat jihad? Rasulullah saw. pun menjelaskan bahwa bahwa jihad tidak bisa mengungguli amal shaleh pada hari-hari ini, kecuali dalam satu kondisi, yaitu ketika seseorang keluar berjihad dengan diri dan hartanya, lalu gugur (mati syahid), hartanya habis, dan tidak kembali dengan apa pun.
Kita Perlu Rabbaniyah Sesungguhnya, pada hari-hari ini umat Islam sedang mengalami masa sakitnya kehamilan, yang membawa berita gembira kelahiran fajar baru. Fajar yang memancarkan sinar mentari kejayaan dan kemuliaannya. Oleh karena itu, kita wajib menambah rabbaniyyah (fokus kepada Allah swt. dan mendekatkan diri kepada-Nya),serta memperbaiki hubungan dengan-Nya, agar kita layak mendapatkan pertolongan dan dukungan dari-Nya.
Artinya, secara umum, khususnya pada fase ini, kita sangat membutuhkan peningkatan kedekatan kepada Allah, memohon pertolongan-Nya, dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Sebab hanya kepada-Nya kita meminta bantuan dan kepada-Nya pula kita bertawakal.
Kita memohon bekal kepada-Nya untuk menapaki jalan mendekat kepada-Nya, menghadapkan hati dan seluruh anggota tubuh kepada-Nya. Pada saat itu, di atas jalan ibadah, kita memiliki kekuatan untuk memimpin manusia menuju Allah. Karena kita menyerap kekuatan kepemimpinan itu dari Pencipta Yang Maha Suci, yaitu kepemimpinan rabbaniyyah yang memberi keteladanan dan mencerminkan penghambaan kepada Pencipta Yang Mahasuci dan Maha Tinggi. Allah swt. berfirman,
اَ لَّذِيۡنَ اِنۡ مَّكَّنّٰهُمۡ فِى الۡاَرۡضِ اَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ وَاَمَرُوۡا بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَنَهَوۡا عَنِ الۡمُنۡكَرِ ؕ وَلِلّٰهِ عَاقِبَةُ الۡاُمُوۡرِ
“Orang-orang yang apabila Kami beri kekuasaan di muka bumi, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Al-Hajj: 41)
Amal-Amal Untuk Memperkuat Rabbaniyah
Berdasarkan penjelasan di atas, kami usulkan beberapa aktivitas dan program aplikatif yang dapat dilaksanakan oleh seorang muslim pada hari-hari yang diberkahi ini. Juga dapat mengajak orang lain untuk mengamalkannya, hingga ketaatan semakin meluas dan umat pun menghadap kepada Allah di sepuluh awal Dzulhijjah yang penuh keberkahan ini. Saat itulah, rahmat Allah turun kepada kita, keluarga kita, negeri kita, dan umat kita.
- Mempersiapkan diri dan menghadirkan niat yang ikhlas untuk bersungguh-sungguh dalam ketaatan selama hari-hari ini. Dan, didahului dengan taubat nasuha dan menghiba kepadaNya agar membersihkan hati, mengampuni segala dosa, dan menerima taubat.
- Berambisi melaksanakan shalat berjamaah pada waktunya, terutama di masjid, dengan upaya serius menjumpai takbiratul ihram bersama imam. Juga melaksanakan shalat-shalat sunnah rawatib (sebelum dan sesudah shalat fardlu) sebanyak 12 (duabelas) rakaat.
Allah SWT berfirman dalam QS. At Taubah ayat 18 yang berbunyi:
اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
- Berupaya menjaga rutinitas harian shalat Dluha, Qiyamul lail, witir dan shalat-shalat sunnah lainnya. Dalam Hadits Qudsi disebutkan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ المُؤْمِنِ، يَكْرَهُ المَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ».
“Siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku nyatakan perang kepadanya. Tidaklah hamba-ku mendekatkan diri kepada-ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai, melebihi apa yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan yang sunnahsunnah, hingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengaran yang ia gunakan mendengar, penglihatan yang ia gunakan melihat, tangan yang ia gerakkan, dan kaki yang ia gunakan berjalan. Apabila ia meminta kepada-Ku, pasti Aku memberinya, dan jika ia berlindung kepada-Ku, pasti Aku melindunginya.”
- Berupaya sekuat tenaga menghatamkan tilawah Al-Qur’an, minimal sekali selama hari-hari yang baik ini (rata-rata 3 juz setiap hari). Hadits-Hadits tentang keutamaan membaca Al- Qur’an sangatlah banyak, antara lain: Umamah Al-Bahili ra. meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda,
عن أَبي أُمامَةَ رضي اللَّه عنهُ قال : سمِعتُ رسولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ : « اقْرَؤُا القُرْآنَ فإِنَّهُ يَأْتي يَوْم القيامةِ شَفِيعاً لأصْحابِهِ » رواه مسلم
Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim)
- Shaum sunnah semampunya pada hari-hari yang diberkahi. Minimal hari Senin dan Kamis, serta hari Arafah. Namun, siapa yang dimampukan oleh Allah swt. untuk shaum pada 9 hari semuanya, maka itu merupakan karunia Allah swt. kepadanya. Sebab ibadah sunnah yang paling utama dan paling dicintai oleh Allah swt. adalah shaum, sebagaimana sabda Rasulullah saw.
أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
Artinya: “Ada 4 perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah yaitu puasa Asyura, puasa hari Arafah, puasa 3 hari setiap bulan dan shalat 2 rakaat sebelum subuh,” (HR. An Nasa’i dan Ahmad).
Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
- Memperbanyak dzikir dan doa, terutama dzikir pagi dan petang, doa harian, wirid setelah shalat, dzikir muthlak (minimal 1000 kali yang terbagi pada Istighfar, tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir), dan memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah saw.
- Setiap muslim yang tidak melakukan ibadah Haji, hendaklah membayangkan manasik haji dan ikut membersamai saudara-saudaranya yang sedang menunaikan ibadah haji, seolaholah berada di tengah-tengah mereka. Juga merasakan dengan segenap jiwa tentang makna pengorbanan, totalitas, kedermawanan, dan pelaksanaan perintah Allah swt. sebaik mungkin.
- Memperbanyak doa dengan memilih waktu-waktu terkabulnya doa, yaitu setelah shalat fardlu, ketika sujud, menjelang berbuka (bagi yang shaum), waktu-waktu sahur serta qiyamul lail, dan lainnya. Jangan lupa berdoa untuk kebaikan kaum muslimin secara umum, agar memperoleh kemenangan dan kejayaan. Terutama doa untuk saudarasaudara kita di Palestina, Libiya, Yaman, Siria, Borma dan negara-negara Islam lainnya yang tertindas. Semoga Allah swt. menghilangkan kezhaliman dan bencana yang menimpa mereka, memberikan jalan keluar atas musibah mereka. Juga jangan lupa berdoa untuk para pejuang yang ditahan di penjara-penjara penguasa zhalim, agar dibebaskan dan dilepaskan dari penderitaan.
- Memperbanyak infak di jalan Allah swt., terutama shadaqah tersembunyi yang dapat memadamkan kemurkaan Tuhan. Hendaklah setiap kita menyisihkan sebagian hartanya untuk pintu-pintu kebaikan yang tidak terhingga. Allah swt. Berfirman
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ ١٠
تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَۙ ١١
يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ وَمَسٰكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنّٰتِ عَدْنٍۗ ذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۙ ١٢
“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah Aku tunjukkan kepadamu suatu perniagaan yang menyelamatkanmu dari siksa yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul- Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Dia mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang besar.” (As-Saff: 10-12)
- Bersemangat untuk i’tikaf di masjid antara shalat shubuh hingga terbit matahari, minimal dua kali selama 10 hari pertama Dzulhijjah. Rasulullah saw. bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barang siapa shalat shubuh berjamaah, lalu duduk berzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah yang sempurna, yang sempurna, yang sempurna.” (HR. Tirmidzi)
- Menghidupkan tradisi berkurban dan bertekad untuk melaksanakannya, karena memiliki keutamaan dan pahala yang besar. Hendaklah mengingat bahwa ada beberapa orang tercinta yang belum dapat menunaikannya, karena sempitnya kehidupan mereka, kondisi mereka yang tidak memungkinkan, atau karena alasan-alasan lain. Aisyah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Aisyah menuturkan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barangsiapa yang memiliki kelapangan, sedangkan ia tidak berkurban, janganlah dekat-dekat musholla kami.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim, namun hadits ini mauquf).
- Menganjurkan dan memotivasi keluarga serta anak-anak, masyarakat secara umum atau orang-orang terdekat untuk meraih kebaikan dan keutamaan hari-hari ini. Juga memberi semangat kepada mereka untuk shalat, shaum, doa, ziarah, silaturrahim, dan berbuat baik kepada sesama muslim.
- Rajin ke masjid dan majlis majlis untuk dzikir kepada Allah swt. serta mentadabburi AlQur’an, terutama majlis ulama-ulama yang komitmen pada kebenaran, merekalah jamaah tauhid dan akidah.